Udara dingin menyengat sekujur tubuhku. Jam
dinding menunjukkan pukul 10 malam. Malam itu aku suntuk, kedua orang
tuaku sedang dinas keluar kota. Pikiran kotor membawaku ke lamunan
mesum, entahlah malam itu aku melamunkan seorang satpam dealer mobil di
sebelah rumahku. Perawakannya tinggi, tubuhnya kekar, dan mukanya hitam
manis. Setiap kali aku melewati dealer mobil itu, ia selalu tersenyum
kepadaku.
Aku bermasturbasi sebentar, lalu terlintas dalam pikiranku untuk
'menjenguknya', hal itu memang sudah biasa kulakukan. Tanpa mengenakan
sehelai kainpun aku melompat keluar lewat jendela kamarku. Dengan
sangat berhati-hati aku berjalan menuju pekarangan belakang rumahku.
Udara dingin semakin menusuk sekujur tubuhku. Dari belakang rumah
dengan mudah kupanjat dinding menuju bagian belakang dealer mobil. Baru
saja kuinjakkan kaki di sana, aku tersentak kaget saat melihat dia
sedang buang air kecil, aku terdiam, mataku segera menuju bagian
kemaluannya, ukuran penisnya yang begitu besar dan panjang membuatku
terpana, belum pernah kulihat penis sebesar itu sebelumnya, membuatku
horny banget.
Ia langsung menyadari keberadaan diriku, jantungku berdetak
kencang, dapat kurasakan rasa malu bercampur hornyku yang sudah
memuncak, aku membalikkan tubuhku memandang tembok, dan ingin rasanya
segera memanjat tembok itu, namun kedua kakiku sudah terkulai lemas,
rasanya tak sanggup lagi. Ia segera menghampiri diriku, kurasakan suara
langkah kakinya semakin dekat.
"Loh kamu ngapain disini? Hayo tadi ngintipin Om yah?" rasanya mulutku tak sanggup membalas perkataannya.
"Kamu nggak kedinginan? Ck ck ck.. Mulus banget body kamu, sexy lagi.." kurasakan wajahku memanas.
"Mau nggak temenin Om malam ini, Om janji nggak kasih tau orang
laen deh.." saat itu rasanya seperti disamber geledek, rasa gelisahku
langsung memudar, kurasakan penisku mengeluarkan cairan yang mengalir
ke paha kananku, aku semakin horny, entah kenapa aku menganggukkan
kepalaku tanda setuju dengan permintaannya.
Aku terperanjat kaget saat mengetahui dirinya sudah mendekap diriku
dari belakang. Kedua tangannya sudah melingkari perutku, kurasakan
kedua tangannya yang besar dan sangat kasar, ia mulai menciumi leherku,
kurasakan lidahnya bermain liar di sana, belum lagi saat lidahnya mulai
bermain di telingaku.
"Emmh.." tak kusadari aku mengerang akibat kenikmatan yang mulai kuterima.
Mendengar eranganku, lidahnya semakin menggelitik lubang telinga
kananku. Tangannya mulai menuju penisku lalu tanpa aba-aba lagi ia
mulai mengocok lembut penisku yang saat itu sudah mengeras. Tangannya
yang satu lagi terus memijat, mengelus dan kadang mencubit kasar kedua
putingku. Kurasakan penisnya semakin menonjol dari dalam celananya, dan
digesek-gesekkannya tepat di belahan pantatku.
Eranganku semakin menjadi-jadi, tangan kananku menjambak rambutnya,
tanda baginya untuk terus memainkan lidahnya, sedang tangan kiriku
meraba penisnya. Ia tahu tak lama lagi aku akan ejakulasi, dengan
segera ia menghentikan permainannya, ia berbisik..
"Isep dong kontol Om, udah keras nih.."
Segera kubalikkan tubuhku menghadap dirinya dan kukulum bibirnya
yang memerah, lidah kami terus beradu di dalam, sambil mulai kulepaskan
kancing bajunya satu per satu, kuraba kedua dadanya yang berbulu lebat,
kujilat dan kugigit lembut kedua putingnya, ia mulai mendesah, "Aahh..
Ahh".
Aku mulai berlutut, kulepaskan celananya, saat itu tercium bau
pesing yang menyengat dari cawat putihnya, bulunya yang sangat lebat
banyak keluar dari cawatnya. Saat itu, rasa hornyku telah menguasai
seluruh pikiranku, tanpa merasa jijik lagi kujilat ujung penisnya yang
masih di dalam cawatnya yang basah, entah karena air seninya atau
cairan precum.
Ia kembali mendesah. Saat kuperosotkan cawatnya, penisnya yang
sudah tegang segera menyembul keluar mengenai bibirku. Aku kembali
terpana melihat ukurannya yang sangat besar, entah apakah bisa masuk ke
dalam mulutku, tanganku mulai mengocok lembut, kulihat kepala penisnya
memerah akibat permainan tanganku. Selang beberapa detik, ia kembali
memintaku untuk mengoral penisnya, sejujurnya aku belum pernah
melakukan oral seks, hanya seringkali kusaksikan di film-film porno,
oleh sebab itu aku sangat tertarik untuk mencobanya.
Aku mulai mendekatkan bibirku, kusentuhkan sekali lagi dengan
kepala penisnya, lalu kujilat lubang kencingnya, kudengar desahan
kenikmatan. Kubuka mulutku, dan mulai kucoba memasukkan batang
kemaluannya, saat itu rasanya tidak ada ruang yang kosong lagi di
rongga mulutku. Saat kucoba untuk memasukkan seluruh bagian penisnya,
kurasakan ujung penisnya telah mentok di saluran kerongkonganku yang
paling dalam, padahal masih ada kira-kira 1/4 bagian penisnya di luar
mulutku, kubayangkan betapa panjangnya ukuran penisnya itu.
Bulu-bulunya yang lebat membuatku kesulitan untuk bernafas.
Kulakukan gerakan maju mundur, penisnya terus menggesek rongga mulutku,
lidahku terus merasakan urat-urat penisnya yang semakin menonjol,
terkadang kubantu dengan kocokan tanganku. Kukulum buah pelirnya,
selama itu ia terus menjambak kasar rambutku, dan terus mendesah,
kudengar desahannya semakin kencang, kupercepat tempo permainanku,
hingga akhirnya kurasakan ia memuncak, tubuhnya kaku, dan penisnya
menegang keras lalu menyemburkan cairan hangat yang membanjiri rongga
mulutku, saking banyaknya ada yang menetes keluar dari mulutku.
Aku kaget saat jari tangannya mulai menjepit hidungku, dipaksanya
aku untuk menelan habis seluruh air maninya. Setelah itu, dibantunya
aku berdiri, didekapnya erat tubuhku, kami kembali bercumbu mesra,
dikulumnya kedua bibirku, kubalas mengulum bibirnya. Lidah kami terus
mengadu lincah. Keringat kami bercampur menjadi satu, tubuh kami terus
menempel erat, dan penisku terus kugesekkan dengan penisnya, sambil
diterangi cahaya bulan.
Kami bercumbu cukup lama. Setelah itu, ia menggenggam tanganku
mengajakku ke pos satpamnya, karena situasi sangat sepi, kami berani
berjalan lambat melintasi bagian depan dealer. Karena kedua tubuh kami
masih belum dilapisi sehelai kainpun. Sesampainya di sana ia mengambil
sebotol pil, yang kutebak adalah Viagra, kami meminumnya masing-masing
2 butir. Kami kembali bercumbu liar di sana. Diangkatnya tubuhku dan
didudukkannya di atas meja.
Mulai kurasakan efek Viagra, yang rasanya seperti membakar sekujur
tubuhku, kulihat iapun merasakan hal yang sama. Kedua putingku menjadi
sangat tegang, dan dengan cepat penis kamipun mengeras, sambil terus
bercumbu kukaitkan kedua kakiku ke belakang tubuhnya, tangannya yang
nakal kembali memijat, mencubit kasar kedua putingku. Setelah cukup
lama kami bercumbu, ia kembali berkata..
"Sekarang Om mau cobain punya kamu, boleh yah?" kembali kuanggukkan kepalaku.
Ia mulai berlutut, diletakkannya kakiku di atas meja, aku
mengangkang kubuka lebar-lebar kedua kakiku, ia terdiam mungkin terpana
melihat penisku yang tanpa jembut itu, karena belum lama baru saja
kucukur habis. Tanpa aba-aba lagi ia mulai menjilati penisku, dengan
mudah ia melahap habis seluruh bagian penisku sepanjang 13 cm. Dengan
mulutnya yang sangat terampil ia mulai mengocok penisku, layaknya
sedang menikmati es mambo.
Tak tahan aku menerima kenikmatan yang tiada tara itu, aku terus
mengerang tertahan, giliran kedua tanganku terus menjambak kasar
rambutnya. Tak selang berapa lama aku tahu akan segera ejakulasi, ia
pun langsung melambatkan tempo permainannya, dikulumnya kedua pelirku,
dan terkadang dijilatnya lubang anusku. Tak tahan rasanya menerima rasa
geli yang terus menggelitik bibir anusku.
Saat ia kembali memijat penisku dengan mulutnya, tiba-tiba sekujur
tubuhku menegang kaku, akupun segera memuntahkan lahar panas ke dalam
mulutnya, kurasakan cairan spermaku cukup memenuhi rongga mulutnya,
saat itu anehnya aku tidak merasa letih sedikitpun, malah rasanya aku
semakin horny. Mungkin akibat Viagra yang telah kutenggak. Ia kembali
bangkit berdiri, dengan segera ia mendekap dan menyambar kedua bibirku.
Entah kenapa ia sangat menyukai bercumbu denganku, aku kaget saat
ternyata di dalam mulutnya masih tersimpan cairan spermaku, kujilat
habis spermaku sendiri dari dalam mulutnya, terkadang ia kembali
mencumbui leherku dengan penuh nafsu. Saat itu keringat kami kembali
bercucuran, baunya sampai memenuhi ruangan pos. Sebenarnya aku ingin
segera pulang, tubuhku telah lengket dengan keringat, namun aku belum
mampu menahan nafsu yang masih membara. Kulihat ia mengambil kunci,
lalu berkata..
"Kita cobain mobil di dalam yuk.." sambil terus menarik tanganku keluar dari pos satpam.
Kami berlari kecil dan masuk ke ruangan showroom mobil. Kulihat di sana
terpajang 7 buah mobil berlainan jenis, ia mengajakku masuk ke salah
satu mobil, yakni BMW 318, ia duduk dia jok belakang, dan memintaku
untuk menduduki dirinya, tanpa menunggu lagi aku langsung masuk ke
dalam, duduk mengangkang dengan tubuh berhadapan dengannya, dengan
kedua pantatku di atas pahanya. Kami kembali bercumbu mesra disana,
sambil tangannya terus mengelus kedua paha dan kakiku, kurasakan AC
yang telah dinyalakannya tepat menyembur punggungku yang basah. Kedua
tanganku terus memijat lembut kedua putingnya, terkadang aku kembali
menggigit dan menjilati kedua putingnya, ia pun terus mengerang. Lalu,
tak lama kemudian ia kembali berkata..
"Om horny banget liatin pantat kamu tadi, sekarang Om mau anal,
boleh yah", saat itu sebenarnya aku ingin menolak mengingat besar
penisnya yang kurasa tak mungkin bisa masuk ke dalam anusku, namun
entahlah mungkin karena birahiku atau karena olesan ujung penisnya yang
sudah basah di bibir anusku saat itu, aku mengijinkannya.
Kucoba perlahan memasukan batang kemaluannya dibantu dorongan
tangannya yang terkesan memaksa. Aku menjerit tertahan saat ia terus
mencoba memasukkan penisnya, kusadari lubang anusku terlalu kecil untuk
ukuran penis sebesar itu. Dengan cukup kesal ia kembali berkata..
"Kamu masih perawan, lobangnya masih sempit banget, Om bantu yah".
Segera ia keluar dari mobil, tak tahu apa yang sedang ia perbuat,
tiba-tiba ia sudah masuk lagi dengan borgol dan tongkat besi miliknya,
entah kenapa ada rasa takut yang muncul saat kulihat benda-benda itu,
sehingga kuturuti semua perintahnya, ia minta aku berlutut di kedua jok
depan (masing-masing kaki pada jok berlainan), dan kedua tangan di
dashboard bawah mobil, lalu dengan tiba-tiba ia memborgol kedua
tanganku dengan salah satu kaitan di sana, entah dengan apa itu aku tak
jelas melihatnya. Dengan kengerian, aku berkata..
"Om mau ngapain, jangan gini dong, pegel nih", karena posisi
tubuhku yang mirip posisi anjing, sementara semburan AC tepat di depan
mukaku.
Aku berusaha melepaskan diri namun ikatannya membuat tubuhku tak
berdaya, apa lagi dengan kedua kakiku yang diikat dengan seatbelt
mobil. Tiba-tiba kurasakan ada yang menyentuh bibir anusku dari
belakang, pandanganku cukup terbatas saat itu, benda itu terus
mengolesi anusku dengan cairan mungkin air liur, sampai akhirnya
kusadari kalau itu adalah tongkat besi. Rasa ngeriku memuncak seraya
aku pun berteriak..
"Jangan dong.. Jangan Om.. Jangan pake gituan.. Ampun Om.."
Nampaknya ia tidak mengindahkan seruanku, jari tangannya yang satu
terus melebarkan bibir anusku, sedang yang satunya terus mendorong
tongkat untuk masuk. Kurasakan tongkat mulai merobek perlahan bibir
anusku. Aku pun menjerit sampai akhirnya kusadari aku menangis karena
rasa sakit yang kuterima, kulihat dari anusku mulai mengeluarkan darah
segar mengalir di kedua pahaku. Aku terus memohon untuk berhenti, namun
ia terus acuh. Sampai akhirnya tongkat berhasil menembus masuk, rasa
sakitku serentak mereda, perlahan tongkat terus menggesek lubang anusku
masuk ke dalam, sesaat 1/2 tongkat lebih telah masuk dan terasa mentok
di ujung usus besarku, penisku kembali menegang, iapun mulai
menggerakkan tongkat maju mundur, terus menggesek dinding usus besarku,
semakin lama gerakan semakin cepat, saat itulah rasa nyeriku hilang,
berganti rasa panas bercampur horny yang tiba-tiba bergejolak dari
anusku. Entah kenapa aku mulai mengerang..
"Emmh.. Oohh.. Errghh"
Mendengar eranganku ia semakin menjadi-jadi, diputarnya tongkat
sambil terus digesekkan ke langit-langit lubang anusku, kurasakan
lubang anusku mulai dipenuhi cairan akibat rangsangan tongkatnya di
dalam anusku. Mendadak permainannya dihentikan, dicabutnya tongkat dari
dalam anusku. Kurasakan anusku telah melebar, ia kembali menjilati
anusku, sambil terkadang mencocol-cocol lidahnya ke dalam lubang
anusku, lidahnya terus menggelitik di sana, akupun terus mendesah.
Hingga akhirnya, untuk kedua kalinya ia mencoba memasukkan batang
kemaluan raksasanya ke dalam lubang anusku, seraya aku kaget merasakan
sesuatu yang 'lebih besar' dari tongkat tadi menyentuh bibir anusku,
penisnya mulai menerobos masuk, kurasakan kepala penisnya sudah
berhasil masuk, aku kembali menahan rasa sakit yang sangat.
Aku menjerit tertahan, ketika penisnya telah seluruhnya masuk
kedalam anusku, iapun mulai menghunjam anusku bertubi-tubi, tanpa ampun
gesekan demi gesekan terus kuterima, dapat kurasakan urat-urat penisnya
disana, lubang anusku semakin panas, akupun semakin horny. Kusesuaikan
irama gerakan tubuhku dengan gerakan penisnya. Tangannya mulai
menggerayangi sekujur tubuhku, dipijat dan dielusnya kedua putingku,
saat itu rasanya aku semakin 'terbang'.
Ia memanjakan anusku dengan pola gerakan penisnya yang berubah-ubah
dan penetrasinya yang cepat. Aku terus mengerang, gerakannya semakin
cepat, hingga akhirnya mendadak cengkeraman tangannya di pinggangku
mengeras, begitu pula dengan penisnya di dalam anusku. Ia berteriak,
dan untuk kedua kalinya ia ereksi, semburan cairan hangat terasa hingga
ke ulu hatiku, kurasakan cairan spermanya menggenangi lubang anusku.
Tak lama ia mencabut penisnya, seraya sebagian spermanya mengalir
keluar, kulihat cairan merah muda, mungkin spermanya bercampur darahku,
kembali mengalir di kedua pahaku. Ia segera melepaskan ikatan di kedua
tangan dan kakiku, lalu jatuh duduk lemas di jok belakang. Akupun
segera duduk di atas dirinya di jok belakang. Dengan cekatan ia
mendekap tubuhku dari belakang, tangannya kembali melingkari perutku.
Saat itu kami berdua kembali bercumbu secara menyamping. Tak lama ia
berkata..
"Om puas malem ini, kamu mau yah jadi pacar Om".
"Saya juga puas banget Om, bisa muasin horny Om, tapi kalo mo jadi pacar saya, Om musti muasin saya sekali lagi".
Ia tampak terkejut, "Hah? Sekali lagi.. OK siapa takut", kami berdua tersenyum gembira.
Segera kusesuaikan posisi lubang anusku dengan penisnya yang sudah
kembali menegang, dan "Bless..", dengan mudah penisnya masuk kedalam
anusku yang sudah membesar. Kedua tanganku mencengkeram pegangan tangan
di kedua sisi mobil. Tangannya segera kembali menggerayangi kedua
putingku, yang satu lagi mengocok lembut penisku. Dengan posisi seperti
seorang ibu yang sedang memangku anaknya duduk itu, mulai kugerakkan
tubuhku naik turun, semakin lama semakin cepat, sementara lidah kami
kembali beradu lincah di dalam mulut kami yang menyatu. Kocokan
tangannya di penisku pun semakin cepat seraya gesekan penisnya di dalam
anusku. Kami berdua terus mengerang, hingga akhirnya ia mendesah..
"Om mau keluar say.."
"Saya juga mo keluar Oom, bareng yah.."
Tak lama tubuh kami berdua kembali menegang keras, aku kembali
ejakulasi, kusemburkan spermaku di telapak tangannya yang sudah siap
menadah, secara bersamaan ia menyemburkan lahar panasnya untuk kedua
kalinya di dalam anusku, kini semprotannya semakin terasa di dalam usus
besarku. Desah nafas kami terus menderu, detak jantungnya terasa di
punggungku. Tiba-tiba ia mendekap mulutku dengan telapak tangannya yang
penuh dengan spermaku. Kujilat habis seluruh cairan di situ, namun tak
segera kutelan, kusimpan didalam mulutku, setelah itu segera kusambar
bibirnya, kami kembali bercumbu, dengan mesra kami berbagi sperma di
dalam mulut kami yang menyatu, sementara penisnya masih terus tertanam
di dalam anusku.
Jam mobil menunjukkan pukul 1, tak terasa kami telah bercinta
selama 3 jam, kami tertidur kelelahan di dalam mobil, masih dengan
posisi seperti itu. Pukul tiga kami terbangun, akibat efek Viagra yang
masih mengalir di dalam tubuh, kami kembali bercinta "dua kali"
berturut-turut dalam posisi seperti itu. Sungguh perkasa pria itu, aku
berkata dalam hati kecilku. Setelah itu aku segera 'pamitan' dan
pulang.
Semenjak kejadian malam itu, aku semakin rajin datang berkunjung
kesana, apalagi saat aku sedang sendirian. Sungguh takkan pernah
terlupakan kencan pertamaku dengan lelaki yang sangat perkasa itu.
Pengalaman oral sex dan anal sex bersamanya adalah kenikmatan yang
tiada duanya.
Terima kasih buat teman-teman yang bersedia membaca pengalamanku
ini, moga-moga bisa menambah pengetahuan baru dalam bercinta, dan
membantu merangsang teman-teman saat masturbasi, ya nggak? ;p Kalau ada
yang berminat bercinta sama saya, bisa langsung hubungi email saya.
Ditunggu yah.. Ciaoo..
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar